TINJAUN TEORI
A. Konsep Teori
Menurut Kasus Kehamilan
Kehamilan adalah pertemuan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel
mani (sperma). Kehamilan lamanya 280 hari atau 40 minggu ata 10 bulan (lunar
month). Kehamilan yang berlangsung antara 23-36 minggu disebut kehamilan
premature. Kehamilan yang berlangsung antara 37-42 minggu disebut kehamilan matur.
Sedangkan bila kehamilan terjadi lebih dari 34 minggu disebut post matur.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari:
1. Ovulasi atau pelepasan ovum
2. Terjadi imigrasi sperma dan ovum
3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
4. Terjadi nidasi (implantasi pada uterus)
5. Terjadi pembentukan plasenta
6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
7. Menurut usia kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu :
a. Kehamilan trimester pertama : 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester kedua : 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester ketiga : 28-40 minggu
(Muchtar, Rustam, Sinopsis Obstetri).
Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda-tanda persumtif
a. Aminorea (tidak dapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) agar
dapat ditaksir umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL)
Cara penghitungan menggunakan rumur Naegele :
Hari + 7, bulan – 3 dan tahun + 1
b. Mual dan mutah (nausca dan vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir trimester
pertama karena terjadi pada pagi hari maka disebut “Morning Sickness”,
dan bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis.
c. Ngidam (ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada
bulan-bulan trimester pertama.
d. Tidak tahan dengan bau-bauan
e. Pingsan (sinkope)
Terjadi gangguan sirkulasi kedaerah kepala (central) menyebabkan
iskemia saluran saraf pusat dan menimbulkan pingsan menghilang setelah 16
minggu.
f. Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya timbul pada trimester pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul
kembali.
g. Lelah (fatigue)
h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen
dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara, kelenjar motgomery
terlihat lebih membesar.
i. Miksi sering
Kandung kemih tertekan oleh tahim yang membesar, gejala ini akan hilang
pada trimester kedua kehamilan dan pada trimester ketiga atau akhir, kehamilan
akan muncul lagi karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
j. Konstipasi/Obstipasi
Karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid
k. Pigmentasi kulit
Karena pengaruh hormon kortikosteroid plasenta dijumpai dimuka (cloasma
gravidarum) areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra :
grisea)
l. Apulis : hipertrofi dari papil gusi
m. Pemekaran vena-vena
(varices)
Dapat terjadi pada kaki, baris dan vulva biasanya dijumpai pada trimester
III
2. Tanda-Tanda Kemungkinan Hamil
a. Perut membesar (pembesaran perut sesuai
dengan usia kehamilan)
b. Uterus membesar (terjadi perubahan dalam
bentuk besar, dan konsistensi dari rahim)
c. Tanda hegar (otot uterus lembek)
d. Tanda chadwick (serviks dan vagina menjadi
kebiruan)
e. Broxton-Hick (kontraksi-kontraksi uterus
bila dirangsang)
f. Teraba ballotement
g. Reaksi kehamilan positif
3. Tanda-Tanda Tidak Pasti Hamil
a. Amenore (tidak haid)
b. Morning sickness (mual-mual dipagi hari)
c. Sering kencing
d. Pembesaran payudara
e. Membesarnya perut
f. Pergerakan anak yang pertama (Quickening)
4. Diagnosis Banding Kehamilan
a. Hamil palsu (Pseudocyesis = kehamilan spurra) gejala hampir sama dengan
kehamilan, bahkan wanit merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan uterus
tidak membesar. Tanda-tanda kehamilan lain reaksi kehamilan negatif.
b. Mioma uteri : perut dan rahim membesar namun pada perabaan, rahim terasa
padat, kadang kala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai
tanda-tanda kehamilan lainnya.
c. Kista ovari : perut membesar bahkan makin bertambah besar namun pada
pemeriksaan dalam rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif,
tanda-tanda kehamilan negatif juga.
d. Kandung kemih penuh dan terjadi tetensi urin : pada pemasangan kateter
keluar banyak air kencing.
e. Hematometra : uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen
imperforata, stenosis vagina atau serviks.
5. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan
anak minimal 4 kali selama kehamilan dalam waktu :
a. Trimester I : 1 x kunjungan (sebelum 14 minggu)
b. Trimester II : 1x kunjungan (14-28 minggu)
c. Trimester III : 2 x kunjungan (28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
Namun demikian dirasakan ibu hamil untuk memeriksa kehamilannya dengan
jadwal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat 1 bulan.
b. Usia kehamilan < 28 minggu (7 bulan) : 4 minggu sekali kunjungan
c. Usia kehamilan 26-36 minggu (7-9 bulan) : 2 minggu sekali kunjungan
6. Menentukan Umur Kehamilan dan BB Janin Dalam
Kandungan
a. Menghitung dari tanggal haid terakhir
(HPHT)
b. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu
merasa janin hidup “Feeling Life” (Quckening)
c. Menurut Spiegelberg : dengan jalan
mengukur tinggu fundus uteri dari simpisis maka diperoleh tabel :
a. 22-28
minggu
24-25 cm diatas simpisis
b. 28
minggu
26,7 cm diatas simpisis
c. 30
minggu
29,5-30 diatas simpisis
d. 32
minggu
29,5-30 diatas simpisis
e. 34
minggu
31 cm diatas simpisis
f. 36
minggu
32 cm diatas simpisis
g. 38 minggu
33 cm diatas simpisis
h. 40
minggu
37,7 diatas simpisis
d. Menurut Mac Donald : adalah modifikasi
spegelbelg yaitu jarak fundus sampai simpisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan
tuanya kehamilan dalam bulan
e. Menurut Ahlfeld : ukuran kepala bokong =
panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm,
maka tua kehamilan adalah 8 bulan.
f. Rumus johnson-Tausk : BB = (MD-12) x 155
BB = berat badan : MD = jarak simpisis – fundus uteri
7. Pemeriksaan Ibu Hamil
a. Anamnesa
1) Anamnesa identitas istri dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat
dan sebagainya
2) Anamnesa umum
a.
Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
dan sebagainya.
b.
Tentang haid kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid
terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai
rumus Naegel = hari + 7, bulan – 3 dan tahun + 1
c.
Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya.
3) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan lege artis : tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan, jantung, paru-paru dan sebagainya.
4) Perkusi
Tidak begitu banyak artinya kecuali bila ada sesuatu indikasi.
5) Palpasi
Ibu hamil disuruh terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan
memakai bantal. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap
normal lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan
payudara.
a) Palpasi perut untuk menentukan:
(1) Besar dan konsistensi rahim
(2) Bagian-bagian janin, letak, presentasi
(3) Gerakan janin
(4) Kontraksi rahim Braxton-Hick dan his
b) Pemeriksaan Palpasi :
(1) Leopold 1
(a) Untuk menentukan TFU
(b) Untuk menentukan bagian teratas janin
(2) Leopold II
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan
disebelah kanan atau kiri perut ibu
(3) Leopold III
Menentukan bagian terbawah uterus
(4) Leopold IV
Untuk menentukan kepala sudah masuk pintu atas panggul
(PAP) atau belum
6.
Auskultasi
Menggunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk mendengar Denyut
Jantung Janin (DJJ), cara menghitung DJJ dan DJJ normal :
a.
DJJ normal 120 – 160 x /menit
b.
Dari janin
1) DJJ pada bulan ke 4-5
2) Bising tali pusat
3) Gerakan tendengan janin
b. Dari Ibu
1) Bising rahim (uterine souffle)
2) Bising aorta
3) Peristaltik usus
Cara menghitung DJJ
a. Setiap menit misalnya 140 x/menit
b. Dihitung 3x5 detik secara beraturan dengan cara ini dapat diketahui teratur
tidaknya contoh :
11
12 12
DJJ = 4x (11 + 12 + 13) = 136 x /menit
c. Pemeriksan dalam
1)
Vagina toucher (VT)
2)
Rectal toucher (RT)
Tabel hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus dan tinggi fundus uteri
No
|
Akhir
bulan
|
Besar uterus
|
Tinggu fundus uteri
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
4 Bulan
8 Bulan
12 Bulan
16 Bulan
20 Bulan
24 Bulan
28 Bulan
32 Bulan
36 Bulan
40 Bulan
|
Lebih
besar dari biasa
Telur
bebek
Telur
angsa
Kepala
bayi
Kepala
dewasa
Kepala
dewasa
Kepala
dewasa
Kepala
dewasa
Kepala
dewasa
Kepala
dewasa
|
Belum
teraba (palpasi)
Dibelakang
simpisis
1-2 jari
diatas simpisis
Pertengahan
simpisis pusat
2-3 jari
dibawah pusat
Kira-kira
setinggi pusat
2-3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat, procesus
xgphordeus
3 jari dibawah Px atau sampai
setinggi Px
Sama dengan kehamilan 8 bulan
namun melebar kesamping
|
B. Konsep
Teori Menurut Hellen Varney
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu :
1.
Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah
pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara :
a.
Anamnesis.
Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta
pengetahuan klien.
b.
Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
1) Pemeriksaan
khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
2) Pemeriksaan
penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan
sebelumnya ).
Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang
data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah
ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis
dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan :
a. Diakui dan
telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan
langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki
cirri khas kebidanan.
d. Didukung
oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah
ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah
ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi.
Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang
rasional atau logis.
Kaji ulang
apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
4.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru
mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru
mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
kebidanan.
Kaji ulang
apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
5.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah
ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
6.
Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah
keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana.
Dalam
situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang
apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
7.
Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah
ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian
terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen
ini dievaluasi dalam tulisan saja.
C.
Implementasi Manajemen Kebidanan Varney
1. Langkah I : Pengkajian
Adalah pengumpulan data dasar
untuk mengevaluasi keadaan klien.Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif
dan data objektif serta data penunjang (bila ada).
a.
Data subjektif
Data ini bisa didapat dengan
cara anamnesa yaitu tanya jawab antara klien dengan petugas kesehatan (auto
anamnesa) maupun antara petugas kesehatan dengan orang lain yang mengetahui
keadaan / kondisi klien (alo anamnesa). Anamnesa dapat dilakukan pada pertama
kali klien datang (secara lengkap) dan anamnesa selanjutnya / ulang untuk hal
yang diperlukan saja setelah melakukan review data yang lalu.
Hal – hal
yang perlu dikaji dalam dat subjektif, meliputi :
1) Biodata
a) Nama klien
Dimaksudkan agar lebih
mengenal klien sehingga tercipta hubungan interpersonal yang baik, sehingga
bidan lebih mudah dalam memberikan asuhannya karena klien lebih kooperatif.
b) Umur
Untuk mengetahui apakah
umur klien termasuk dalam usia produktif atau usia beresiko tinggi untuk hamil,
karena umur yang < 20 tahun atau > 35 tahun beresiko tinggi bila hamil.
c) Pendidikan
Dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat pendidikan dan tingkat intelegensi klien, sehingga bidan
bisa menyesuaikan cara pemberian Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan
kemampuan daya tangkap klien.
d) Pekerjaan
Dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat sosial ekonomi klien yang tentunya berpengaruh dengan
kemampuan klie dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya.Hal ini juga dapat membantu
bidan dalam pemberian KIE tentang nutrisi ibu hamil.Selain itu juga untuk
mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan klien dapat mengganggu kehamilan
atau tidak.
e) Suku atau bangsa
Berpengaruh pada adat
istiadat atau kebiasaan sehari – hari.
f)
Agama atau kepercayaan
Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui agama atau kepercayaan yang dianut klien, sehingga bidan secara
tidak langsung dapat menyesuaikan pemberian KIE yang sesuai dengan
ajaran-ajaran maupun norma-norma agama atau kepercayaan yang dianut.
g) Alamat
Ditanyakan untuk maksud
mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya
alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan
lingkunganya. Dengan tujuan untuk mempermudah menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan saat kunjungan rumah.
h) Penanggung jawab
Untuk mengetahui siapa yang
bertanggung jawab terhadap klien, sehingga bila sewaktu – waktu dibutuhkan
bantuannya dapat segera ditemui.
2) Keluhan pasien
Perlu dikaji untuk
mengetahui hal apa saja yang dikeluhkan dalam kehamilannya ini, terutama
keluhan saat pengkajian dilakukan. Keluhan-keluhan yang muncul pada ibu hamil
kembar berbeda-beda dalam tiap trimesternya, dan keluhannya khas untuk
masing-masing ibu.Keluhan juga perlu dikaji untuk mengetahui adakah tanda dan
gejala yang mengarah pada bahaya maupun ketidaknormalan (patologis).
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mengetahui apakah
dahulu ibu mempunyai penyakit yang berbahaya bagi kehamilannya.Selain itu untuk
mengetahui apakah ibu pernah menjalani operasi yang berhubungan dengan organ
reproduksinya atau tidak, karena akan berpengaruh pada kehamilanya
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah
pada saat sekarang ini ibu benar-benar dalam keadaan sehat, tidak menderita
suatu penyakit kronis seperti ashma, jantung, TBC, hipertensi, ginjal, DM dan
lainnya, karena apabila ada gangguan kesehatan pada saat ibu hamil akan secara
tidak langsung berpengaruh pada kehamilannya baik itu pada diri ibu sendiri
maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang dikandungnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Hal penting yang perlu
dikaji bila ada riwayat penyakit menular dalam keluarga ibu maupun suami
(seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS, PMS) yang dapat menularkan kepada anggota
keluarga yang lain. Juga pelu dikaji bila ada rieayat penyakit keturunan dalam
keluarga ibu maupun suami seperti jantung, DM, ashma, hipertensi, dan lainnya,
karena dapat menurunkan kepada anggota keluarga yang lain dan dapat
membahayakan apabila penyakit – penyakit tersebut terjadi pada ibu yang sedang
hamil.
4) Riwayat obstetri
a) Riwayat haid
Beberapa hal yang perlu
dikaji di dalam riwayat haid meliputi umur menarche,siklus haid (teratur atau
tidak), lama haid, dysmenorrhea(ya atau tidak) dan HPHT (Haid Pertama Haid
Terakhir). Dengan diketahuinya HPHT maka bidan dapat menentukan HPLnya (Hari
Perkiraan Lahir), usia kehamilan sehingga keadaan kehamilannya dapat dipantau,
terutama untuk memantau pertambahan BB, TFU (Tinggi Fundus Uteri) dan frekuensi
gerak anak, karena hal tersebut dapat mendukung dalam penegakkan diagnose
kehamilan, selain melalui palpasi dan USG.
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas yang lalu
Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu memiliki riwayat obstetric yang buruk atau tidak baik
dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, sehingga bila memang ibu
memiliki riwayat obstetric yang buruk maka dapat dipersiapkan tindakan-tindakan
untuk pencegahan.
c) Riwayat kehamilan sekarang
Hal-hal yang perlu dikaji
di dalamnya antara lain berapa kali ibu sudah melakukan ANC, di mana ibu
memperoleh ANC, apakah ibu sudah mendapatkan imunisasi TT dan berapa kali
mendapatkannya, apakah ibu teratur minum tablet tambah darah, kalk dan vitamin
yang ibu peroleh setiap kali control, apakah ada keluhan atau komplikasi selama
ibu hamil dan apakah ibu mempunyai kebiasaan-kebiasaan mengkonsumsi
obat-obatan, merokok, minum jamu dan alcohol dan sebagainya, sehingga bidan
dapat memantau perkembangan kehamilannya. Pada kehamilan, pemeriksaan ANC harus
lebih sering guna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin yang
dikandung.
5) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui
sudah berapa lama klien menikah, sudah berapa kali klien menikah, berapa umur
klien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah klien masuk
dalam infertilitas sekunder atau bukan.Selain itu secara normal juga untuk mengetahui
apakah anak yang dikandungnya sah secara hokum atau anak hasil hubungan di luar
nikah karena dapat berpengaruh terhadap penerimaan ibu terhadap kehamilannya.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu
sudah menjadi akseptor KB sebelum hamil atau tidak, metode kontrasepsi yang
digunakan apa dan sudah berapa lama ibu menjadi akseptor KB serta rencana KB
apa yang akan digunakan ibu (klien) setelah melahirkan.
7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari –
hari
Pola ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu sudah menunjukkan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya
sehari – hari atau belum. Pola – pola yang dikaji di dalamnya, meliputi :
a) Pola nutrisi
Dikaji tentang jenis
makanan yang dikonsumsi klien, apakah ibu hamil (klien) sudah makan teratur 3x
sehari atau belum, apakah sudah mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan menu
seimbang (nasi, lauk-pauk, sayur dan buah) atau belum, karena asupan nutrisi
juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin yang
dikandungnya. Selain makanan, berapa kali minum dalam sehari juga perlu
dipertanyakan, hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah keadaan kekurangan
cairan.
b) Pola eliminasi
Eliminasi yang dikaji
adalah BAB dan BAK.BAB perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB setiap
harinya dan bagaimana konsistensi warna fecesnya, biasanya pada ibu hamil
kemungkinan besar terkena sembelit karena pengaruh dari hormon progesterone dan
juga warna dari fecesnya terkadang hitam yang disebabkan oleh tablet Fe yang
dikonsumsi selama hamil.
BAK dikaji untuk mengetahui
berapa kali ibu BAK setiap harinya, lancar atau tidak. Biasanya ibu yang hamil
apalagi hamil kembar akan sering BAK karena adanya penekanan pada kandungan
kencing oleh uterus (TM 1) dan oleh kepala janin (TM II-III).
c) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui
apakah ibu dapat beristirahat dengan cukup dan tenang setiap harinya atau
tidak, karena dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya apabila tidak
mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.
d) Pola personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui
apakah ibu sudah menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya.
Kebersiahan diri yang paling dan harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah
kebersihan alat kelamin (genetalia), apabila ibu tidak menjaga genetalia akan
memudahkan masuknya kuman ke dalam kandungan.
e) Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui
apakah selama hamil ibu melakukan hubungan seksual atau tidak, karena pada
dasarnya hubungan seksual boleh dilakukan selama hamil, asal umur kehamilan ibu
cukup besar, karena hubungan seksual yang dilakukan pada saat hamil mudaakan
sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandung.
8) Psikologi dan sosiospiritual ibu
Dikaji untuk mengetahui
bagaiman penerimaan ibu terhadap kehamilannya.Dikaji pula apakah pihak keluarga
mendukung kehamilan ibu, bagaiman hubungan ibu dengan keluarga dan masyarakat
sekitar, apakah ibu mempunyai hewan peliharaan, karena hewan peliharaan dapat
menyebabkan penyakit TORCH pada ibu hamil yang dapat mengancam janin yang dikandungnya.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan umum, meliputi :
a) Keadaan umum
Dikaji pada saat pertama
kali pasien datang.Lihat apakah pasien tampak baik atau tampak lemah dan
pucat.Hal ini penting untuk mengetahui bila ibu mengalami anemia yang merupakan
komplikasi tersering dari kehamilan.
b) Tanda-tanda vital (Vital sign)
Vital sign
terpenting yang harus selalu dikaji, yaitu:
(1) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu
hamil perlu dikaji secara teratur untuk mengetahui bila ibu mengalami
preeklamsia terutama selama trimester II dan III.Waspadai bila tekanan darah
sistolik ibu > 140 mmHg dan diastolic > 90 mmHg.
(2)
Berat badan
Kenaikan berat badan yang
normal pada ibu hamil yaitu 6,5 kg – 16,5 kg selama hamil.
2) Status present
a) Kepala :
Untuk observasi bentuk,
benjolan, infeksi pada kepala.Palpasi bila tampak benjolan untuk mengetahui
besar, bentuk, kekenyalan dan mobilitasnya.
b) Rambut :
Untuk mengetahui keadaan
rambut, seperti hitam, lebat, tidak berbau, tidak berketombe.
c) Muka :
Untuk mengetahui bentuk
muka lonjong atau bulat, ada atau tidak ada kelainan.
d) Mata :
Untuk mengetahui mata
simetris atau tidak, apakah terjadi anemia atau tidak pada conjungtiva, sklera
ikterik atau tidak.
e) Hidung :
Untuk mengetahui
kebersihan, ada atau tidak ada polip atau secret.
f)
Telinga :
Untuk mengetahui
kebersihan, ada atau tidak ada serumen
di telinga.
g) Mulut :
Untuk mengetahui kebersihan
dan keadaan konstruksi gigi apakah terjadi kekeroposan atau tidak dimana hal
ini menjadi indikasi adanya kekurangan kalsium atau tidak, ada stomatitis atau
tidak.
h) Leher :
Untuk mengetahui ada atau
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ada atau tidaknya struma atau
kelenjar gondok, dan ada atau tidaknya pembesaran vena jugularis.
i)
Dada :
Observasi bentuk
thorak.Misal, apakah kifosis atau tidak.
j)
Payudara :
Observasi dilakukan untuk
mengetahui bentuk payudara.Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
benjolan, rasa sakit (oleh karena adanya infeksi).
k) Aksila :
Observasi dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya benjolan.Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya rasa sakit dan tumor.
l)
Abdomen :
Untuk mengetahui bentuk
abdomen membujur / melintang.Ada tidaknya bekas operasi.
m) Pinggang :
Untuk mengetahui adanya
nyeri tekan pada daerah ginjal.
n) Punggung :
Untuk mengetahui bentuk
tulang punggung, misal apakah lordosis atau tidak.
o) Anus :
Untuk mengetahui ada atau
tidak ada hemoroid.
p) Genetalia :
Untuk mengetahui kebersihan
genetalia, adanya keputihan atau tidak.
q) Ekstremitas :
Atas : Obeservasi keadaan tangan
terutama kelengkapan
jari tangan, kuku pucat
atau sianosis, oedem atau
tidak.
Bawah :
Obeservasi keadaan kaki terutama kelengkapan
jari tangan, kuku pucat
atau sianosis, oedem atau
tidak, adanya varises
atau tidak.
r)
Kulit :
Observasi kelembaban kulit
ibu dengan kembalinya turgor kulit.
3) Pemeriksaan obstetri
a) Inspeksi
(1) Muka
Dikaji apakah ada chlosma
gravidarum, apakah ada oedema muka, terutama pada trimester II dan III yang
dapat mengarah pada preeklamsia, terutama bila tekanan darah ibu tinggi.
(2) Dada
Kaji mammae ibu dan
kesiapan masa laktasi yang meliputi bagaimana bentuk putting susunya,
pigmentasi pada areola mammae dan putting, bentu payudara serta apakah
kolostrum sudah keluar atau belum.
(3) Abdomen
Lihat apakah ada linea
nigra dan striae. Biasanya pada kehamilan kembar, striae akan sangat jelas
terlihat karena peregangan dari kulit perut akibat perbesaran perut ibu.
(4) Vulva
Kaji apakah ada oedema,
varises dan kondiloma yang nantinya dapat mengganggu proses persalinan
pervaginam, karena varises dapat pecah saat persalinan dan menimbulkan
perdarahan.
b) Palpasi leopold
(1) LI :
Pada leopold I dikaji bagian janin apakah yang ada pada fundus uteri, apakah
kepala (bulat keras) atau bokong janin (bulat lunak). Pada kehamilan kembar
dapat teraba dua bagian besar janin pada fundus uteri. Tetapi bila kehamilan
masih dalam Trimester I dan awal Trimester II, leopold I hanya untuk mengetahui
adanya ballottement.
(2) LII :
Leopold II ini efektif digunakan bila umur kehamilan sudah menginjak usia 6
bulan, karena bagian-bagian janin sudah mulai dapat dibedakan. Leopold II ini
dilakukan untuk mengetahui dimanakah letak punggung janin yang ditandai dengan
terabanya bagian panjang, keras, danada tahanan dan juga untuk mengetahui
dimanakah letak ekstremitas janin yang dtandai dengan terabanya bagian-bagian
kecil.
(3) LIII :
Dilakukan untuk mengetahui bagian terbawah janin, yaitu bulat lunak/bulat
keras. Masih bisa digoyangkan atau tidak.
(4) LIV :
Dilakukan untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP atau
belum. Apabila posisi tangan difergen berarti bagian bawah janin sudah masuk
PAP dan konvergen apabila bagian bawah janin belum masuk PAP.
c) Auskultasi
Mendengarkan DJJ
menggunakan linex ataupun doppler. DJJ normal 120 – 160 x / menit.
4) Data penunjang
a) Pemeriksaan dalam
Dilakukan untuk mengetahui
ukuran panggul dalam ibu dan kemungkinan jalan lahir dapat dilewati oleh janin.
Ukuran
panggul luar :
(1) Distansia spinarum : 23 – 26 cm
(2) Distansia kristarum : 26 – 29 cm
(3) Lingkar panggul : 80 – 90 cm
(4) Conjugata eksterna : 18 – 20 cm
b) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menentukan keadaan hemoglobin ibu dalam darah dan apakah ada anemia.Kadar
Hb ibu hamil normal yaitu 11 gr / dl.
c) Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya protein dalam urine. Adanya protein dalam urine,
menunjukkan ibu mengalami preeklamsia.
d) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menegakkan diagnosis kehamilan normal.
2. Langkah II : Identifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan (intrepretasi data)
Dalam langkah ini data
dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnose spesifik yang
sudah diidentifikasi. Interpretasi data diambil berdasarkan data – data yang
telah dikumpulkan pada langkah pengkajian.Susunan interpretasi data, mengacu
pada diagnosa.Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah gravida, para, abortus,
umur ibu, umur kehamilan dan keadaan janin (jumlah, presentasi dan letak
janin).Pada kasus ini diagnosa yang dapat ditegakkan adalah gravida, para,
abortus, umur ibu, umur kehamilan dengan kehamilan normal.
Dasar –
dasar dari diagnosa tersebut adalah :
a.
Pernyataan klien tentang jumlah
kehamilan yang dialaminya.
b. Pernyataan klien tentang jumlah
persalinan yang dialaminya.
c.
Pernyataan klien tentang jumlah
abortus yang dialaminya.
d. Pernyataan klien tentang umurnya.
e.
Pernyataan klien tentang HPHT.
f.
Hasil palpasi Leopold I, yaitu hasil
pengukuran TFU.
g. Hasil palpasi Leopold II, teraba
satu bagian besar janin dan bagian – bagian kecil janin.
h. Hasil palpasi Leopold III, yaitu
teraba bagian terendah janin.
i.
Hasil palpasi Leopold IV, yaitu
diketahui apakah bagian terendah janin sudah masuk PAP atau belum.
j.
Denyut jantung janin pada
auskultasi.
3. Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ke- 3 ini dibuat
berdasarkan keadaan ibu yang mungkin terjadi yang dapat diketahui dari
pemeriksaan objektif dan data penunjang serta yang membutuhkan tindakan
antisipasi.
4. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera
(antisipasi)
Langkah ke- 4 ini akan
muncul bila langkah ketiga muncul. Langkah ini berupa tindakan yang harus
segera bidan lakukan maupun berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih
kompeten karena adanya diagnose potensial.
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah ini merupakan
lanjutan dari diagnosa yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan yang akan
diberikan harus menyeluruh. Tidak hanya meliputi apa yang sudah terlihat dari
kondisi klien atau masalah yang berkaitan tetapi juga tentang perkiraan atau
kemungkinan yang akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan
Setiap rencana yang telah
dibuat oleh bidan dilaksanakan dalam langkah ini. Caranya dengan memberitahu
klien tentang apa saja yang harus klien lakukan berkaitan dengan kehamilannya
serta anjuran – anjuran apa saja yang harus dilaksanakan oleh klien. Bidan
dalam hal ini tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.Pelaksanaan perencanaan juga dapat dilakukan secara kolaborasi
apabila bidan tidak mempunyai kewenangan dalam menangani hal – hal yang tidak
normal atau patologi.
7. Langkah VII : Evaluasi
Langkah
VII ini untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan
diagnosa yang telah diidentifikasi. Apabila dalam pelaksanaannya belum efektif,
maka akan berpengaruh pula terhadap kegiatan evaluasinya sehingga perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang akan diberikan.
BAB
II
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NORMAL
Ny
S UMUR 26 TAHUN G1P0A0 HAMIL 38 MINGGU 5 HARI
DI
BPM NY. RIYANTI ACHWAN Amd.Keb
BUGEN
BANGETAYU SEMARANG
Tempat
Praktek : Bidan Riyanti Amd.Keb Nama Mahasiswa : Lina Fathma
Tanggal
Masuk : 27 Juni 2014 Tingkat/Semester : II/IV
I.
PENGKAJIAN
A. Data
Subyektif
Identitas/
Biodata
Nomer RM :
Nama Ibu : Ny S Nama Suami : Tn. M
Umur :
26 tahun Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan/ Penghasilan : Swasta Pekerjaan :
Swasta
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Tlogosari wetan
Rt 10 Rw 03 Pedurungan Semarang
Anamnesa
pada tanggal 27 Juli 2014 pukul 18.30 WIB
1. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin kontrol ulang kehamilan
2. Keluhan Utama : Ibu menyatakan kenceng – kenceng sejak tadi
siang pada pukul 12.00 WIB
3.
Riwayat Kesehatan :
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu menyatakan tidak sedang menderita
penyakit menular ( HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun (DM,hipertensi, asma),
menahun (jantung, ginjal)
b.
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu menyatakan bahwa tidak pernah
menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis) menurun seperti (
hipertensi, DM,Asma) dan menahun seperti (jantung , ginjal)
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu
menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (
HIV/AIDS,TBC, hepatitis), menurun ( DM, hipertensi), menahun ( jantung, ginjal)
4. Riwayat perkawinan :